Kamis, 16 Juni 2011

BADAI TULISANKU

One Ring - LOTR



Betapa mudahnya seseorang menyesuaikan diri dengan kehendak orang lain, terutama kalau orang lain itu termasuk bangsa yang dianggap lebih kuat kedudukannya dari kita, sehingga kita lupa bahwa kita harus membela kedaulatan kita dalam berbahasa, Apakah Kita selalu ingin menjadi "orang baik" menurut orang lain, tetapi lupa bahwa kita sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat harus menentukan apa yang baik bagi kita. Memang sebagai bangsa yang lama menjadi jajahan orang lain, kita selalu terbiasa ingin disebut baik oleh orang lain, yaitu oleh bangsa yang menjajah kita. Oleh karena itu, kita tidak mempunyai tolok-ukur untuk memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan kata lain kita terbiasa menjadi objek, padahal sebagai bangsa merdeka dan berdaulat kita harus menjadi subjek. Mengubah mentalitas sebagai objek menjadi subjek memang tidak mudah. Apalagi dalam terjangan globalisasi yang datang dengan dukungan modal kuat dan menggunakan sarana teknologi mutakhir yang maju. Peribahasa klasik yang berbunyi bahwa kalau kita ingin dihargai orang lain, kita harus tahu menghargai diri sendiri, tampaknya telah dilupakan oleh orang-orang sekarang ini.. Atau tidak, sampai dia mengerti karena mentalitasnya adalah mentalitas manusia jajanan yang merasa senang tetap menjadi objek.
Ingin rasanya untuk menelan dan memuntahkan setiap kalimat dengan tinta hitam pada kertas putih yang di depankan pada orang-orang normal, atau kau sudah menjadi normal.??? Akan sangat disayangkan apabila ini hanya sekedar eksistensi remaja sesaat yang diiming-imingkan.... 
Ribuan sumpah dari petaka, dari jutaan jari-jari mengepal meminta sedikit tengok, sedikit senyum pembangkit kesadaran. Simpan semua teori yang menghibahkan harga diri dengan kepala menunduk, dengan bibir menyentuh tanah; wujud kekalahan telak dari mata kaki yang menopang langkah tuk terus melawan. Ya ini memang tulisan untuk kita, yang masih percaya tentang kondisi yang lebih baik nanti. Semoga nanti kita bertukar roti dan cawan kopi yang kita miliki. Sambil menertawakan semua, termasuk kita. Di antara bias percikan air terjun dan sinar matahari. 
Kawan. Harap itu beban. Campakkan sementara ke samudera tidak bertepi. Kenapa kau gantungkan harap pada mentari yang tugasnya membakar? Kenapa gadaikan asa pada api yang melumatkan? Jinakkan matahari dengan damai. Nyalakan api agar santapanmu halal menyehatkan. 
Luruskan rasamu tanpa mulut berbusa-busa. Timpakan doa pada mereka yang menembus debu panas di buaian enggahan nafas demi nyawa, demi ‘kita’ berbalut keroncongan tanpa pejaman mata. Menanam kasih, bahwa kehidupan bukanlah kesendirian.... 
Gabungkan asa dan kiprah. Air mata cukuplah sudah. Ketok danau nurani telaga qalbu, Allah SWT tidak menurunkan tanya, manusia dititah menjalani kodrat, menjawab keadaan. Bukan mengeluh... 
Bangsa dengan solidaritas tinggi. Mayoitas anak bangsa yang tidak perduli bendera politik, saling adu kehebatan di layar kaca atau berumah gedongan, membeli mobil yang melebihi kebutuhan keluarga, kencing di Hongkong atau sekadar kentut ke Singapura. Biar miskin asal bisa membantu sesama. Kekuatan bangsa sesunguhnya, Subhanallah 
Jangankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mencermati kehidupan pribadi saja terkadang kita mengalami amnesia. Alpa bahwa diri tidak steril dari kekurangan, dari keteledoran, atau hal-hal kurang baik. Manakala ditimpakan pada orang lain amnesianya menjadi berganda. Orang lain salah melulu. Manakala penulis mengalami amnesia maka jadilah tulisan yang melupakan. Tulisan amnesia. hehehe 'Tetap steril yukkkkk'  
Lupa, memang pertanda kenormalan. Tetapi, kalau lupa terus-menerus, apalagi jadi bangsa pelupa, sungguh sangat tidak elok. Sebelum bangsa ini benar-benar menjadi bangsa pelupa, mari ingatkan agar terjaga dari lupa...!...
Akan celaka bangsa ini kalau memusuhi sejarah, menafikan masa lalu. Masa lalu adalah awal kekinian menuju keesokkan. Alangkah bodohnya kalau yang diagungkan adalah kebobrokan atau keburukan para pemimpin terdahulu. Idealnya, belajar dari hal-hala baik untuk dikembangkan dan belajar dari hal-hal buruk untuk ditinggalkan. Bangsa ini bangsa hebat, bangsa hebat. Buktinya sampai sekarang masih bertahan tuh... 
Terkadang, bangsa ini memang aneh. Yang gatal kepala, yang digaruk pantat. Makanya masalah tidak selesai-selesai. Terbiarkan… yang digaruk kok pantat. Bagi mereka yang terjerat memperdebatkan kesalahan-kesalahan memang agak payah, namun bisa diperbaiki kok. Asal, pemahaman dirubah. Maksudnya? Kesalahan, kekurangan, atau kejelekkan bukan untuk ditertawakan, bukan untuk ditikam. Kekurangan untuk diperbaiki. Kita belajar dari kesalahan, bukan memperdebatkan kesalahan. Itu prinsipnya. Membicarakan kesalahan, apalagi menuding orang salah melulu, tidak akan habis-habisnya tuh. Rasulullah memberi tauladan dengan contoh. memotivasi dalam tulisan dengan contoh menuliskannya. Tidak berceremah, menganjurkan, atau menyalahkan orang-orang, Semoga dengan Tauladan Rasulullah ini menyadarkan kita akan tulisan yang rada ngeneh-ngeneh. 
Membudayakan budaya mendongeng. kiranya ini menjadi semacam gugatan, tuntutan sekaligus hasutan (positif) bagi pemangku pendidikan bangsa kita. sejatinya, oemar bakri jangan sampai terus terusan dikebiri oleh bangsanya sendiri seperti lirik lagu iwan fals. bahkan, guru 'sehebat' om oemar bakri yg sdh menciptakan banyak menteri saja masih dikebiri. tega sekali itu para menteri hehehe, anggap saja itu khabar buruknya. khabar baiknya, pendidik kita semakin pandai bercermin, pandai menginstropeksi diri, seperti halnya orang-orang yg lagi berdiskusi, sehingga harapan selaku masyarakat yg kebetulan bukanlah pendidik (bukan guru dan dosen) kedepan akan ada terobosan konstruktif yg mampu mendorong peningkatan kualitas pendidik masa depan, yakni anak cucu kita yang barangkali pada masa mendatang bercita cita menjadi pendidik: pendidik yg bukan pendongeng, karena ia berkemampuan menulis apa yang sepanjang karirnya di dongengkan.. Amin 
TIDAK semua orang memiliki keberanian menulis dan mempublikasikan tulisanya. Manakala kita menulis dan mempublikasikanya respon tidak terhindarkan. Respon bisa berupa komentar positif, pujian,atau kritikan; tertulis, lisan, berbisik-bisik, atau dianggap angin lalu saja. Mempublikasikan langkah lanjutan menulis.Bagi yang takut, pengecut, cukuplah menjadi Raja Alasan. Apa saja dijadikan alasan sehingga urat malu ‘tidak tegak’. ‘Mengobok-obok’ atau berlagak ‘komentator’; mengomentari melulu. Kalau sudah mengomenatari merasa diri hebat gimana gitu; apalagi kalau menyerang. Berhari-hari, bertahun-tahun, mengomentari, sinis, apa saja salah. Padahal, refleksi ketidakberdayaan. Kalau berani, beranilah menjadi cerdas dan kaya.
Salam hari saudara2 sekalian? kehidupan ini tidak selalu sebagaimana yang diharapkan. Tidak ada orang yang merindukan ketidaksenangan, tetapi hal-hal tidak menyenangkan hinggap. Kenapa tidak dilakukan pada lapisan, ketika senang menulislah, ketika tidak senang jadikan menulis agar tersenang. Pada tingkat ‘tinggi’ menulis bersenang-senang. Intinya, jangan dijadikan mood titik pusat, tetapi menulisnya... 
Celakanya, pengalaman dan juga pengamatan, membidik pndidikan qt, bahkan budaya masyarakat, tdk kondusif dlm pengembangan potensi. Pendidikan (maaf) adakalanya menjadi sistem belenggu pengembangan potensi. Tidak heran, anak-anak jenius ada yang ‘rusak’ dan menjadi bandit. Ingat, banyak modus kejahatan diciptakan dengan amat canggih, sementara polisi ‘belajar’ dari modus penjahat. Penjahat dirangsang atau terangsang demi kelangsungan profesinya.Dalam pendidikan, terutama pendidikan formal, sebenarnya kita telah diajarkan tentang topik, tehnik, sampai mood dan calling. Coba amati, berapa orang (persen) yang canggih secara teori kreatif menulis? Jangan-jangan Ssekalian akan kecewa mengamati faktanya. Yang saya ingin katakan, banyak yang tergelincir oleh teori yang baik. Akibatnya, jadi takut. olehnya itu kugugah saudara2 utk menulis sesuatu. jika senang libur, tulislah! jika mood tulislah! jika tergugah tulislah! krn itu akan berharga baik kita semua.. salam santai 
Begitu kata pengakhir rata-rata yang di tulis. Kalimat tersebut bukan dipajang sebagai ‘pemanis’ tetapi memang refkelsi sikap diskutif. Minimal dipahami, tidak semua apa yang kita tulis dipahami orang lain (pembaca) sebagaimana kita memahami.. 
Tak kau lihat kah.. matahari garang di kuala nikmatmu
Menjilat atap gedung yang angkuh
Membuat angsa memilih berteduh
Tertegun di tepi kolam batu
ditemani rasa yang kian menjulang tinggi
tak perduli detak jejaring yang memukul hati
dan obrolan malam tentang teori antara logika dan hati 
masih saja tak mencuri minat untuk dicermati 
Jika Panasnya hatimu membakar setiap helai bulu sayapmu sendiri,. jalanmu akan terjerembab keras ke tanah sebelum sempat menggapai cahaya indahnya...!!!
Memang repot tuh, ketika benci selalu dinarasikan negatif padahal benci juga diajarkan oleh Rasulullah,,tapi bukan benci negatif namun benci positif. Rasulullah marah ketika ada seorang sahabat terdekatnya meminta beliau untuk membebaskan seorang perempuan quraisy kalangan bangsawan yang terbukti mencuri.... begitu santun Rasulullah, Duh Junjungan, Manusia Tauldana Sempurna.. 
Setiap hari adalah petaka jika sekuntum rindu itu tak merasa lagi setia yang ia punya. Karena menjadi ramai adalah sebuah kesepiannya. Menjadi terlalu diam sambil berharap sepi cepat berlalu... 
Seonggok mawar terkapar.
Sedikit bingung ??
Ya, ini kali kedua untukmu.
Engkau berlalu cukup tenang.
Hati-hati, pikirkanlah.
Karena Serpihanya masuk kehatimu melalui logika. 
Semoga luka membuatmu bertanya dan menjadi bangkit.
EGOIS. Sebagai makhluk sosial manusia tidak hidup sendirian. Hampir dapat dipastikan setiap orang mempunyai teman selama berkebernormalan. Dalam bahasa agama, Muslim ‘diperintahkan’ menjalin dan membina silaturrahim termasuk dengan kaum atheis sekalipun. Allah SWT menciptakan apa pun tidak berkesia-siapan. Berteman, manakala diprektekkan begtu indah. Tapi Lebih cerdas, bagi yang mempunyai kecerdasaan sosial, berteman dijadikan lahan memahami yang berlanjut dengan memaafan. Mereka yang berkecerdasan sosial mampu berteman dengan mereka yang berkelakuan seburuk apa pun. Tidak semua orang berkemampuan sedemikian. 
Teman itu bagai guru. Yg baik, yg jahat, ada hikmahnya. Berteman dengn yg baik, kita merasa jahat, lalu membaiki diri. Berteman dgn yg jahat, kita kasihan lalu ingin membaiki, itu juga positif utk diri sendiri. Melihat anak yg nakal jangan memaki, tapi menangislah dalam hati, sebab kita tidak mendidiknya maka dia menjadi nakal... Salam buat teman2!!!!
Sepasang pipit mencumbui pagi
siang adalah malam ... tanpa suara
tidak ada hulu, tidak ada muara
waktu pasrah 
di lipatan nikmat 
Remang pagi memelas sanubari
yang tenggelam dalam tetes embun
menusuk kepori kalbu
karena belaian daun yang
terpijar mentari rindu
di pusar nafas yang terus berputar
hingga titah suci-Nya 
tetap melipat belaian nikmat
Menatapa otot-otot digunakan, semangat diaplikasikan, Indonesia kini, ketika langit ditutupi awan, Amara (lebih) terjinakkan. Perompak itu begitu kejam, Perompak itu brengsek. Si Pemenjara Pongah. Memang ada pemenjara budiman? Celaka kalau bangsa sendiri lebih kejam dari pemenjara sejati yang memakan aspal memamah batu, bergembira ria di buaian kesedian anak negeri. Abaikan dendaan derita yang silih berganti memuaskan mata menatap keindahan, nun disana. Membuang perangai. Keterlaluan.. Sungguh Perombak bengis yang mengirim sadar.. 
TERJEMAHAN. Bukan apa-apa, siapa saja yang membaca sejarah Muhammad SAW, apa pun keyakinannya, dipastikan kagum dengan prinsip dan kehidupannya. Sebagai Muslim yang sejak kecil dipasok asupan tauladan Rasulullah tidak heran Rasulullah ditempatkan sebagai Manusia Tauladan Sempurna. Terlepas, secuil saja tidak terpraktekkan perilaku Rasulullah. Nyaman di batin, tetapi dalam praketk masih jauh. kini penduduk Indonesia mayoritas Muslim, pengikut Rasulullah, kenapa berkehidupan secara kenegaraan masih membeban? Sudahlah. Hal tersebut terlalu hebat untuk ditulis. Pertanyaan untuk diri saja susah dijawab dalam artian dipraktekkan. Masih berputar sekitar niat. Sungguh Muslim yang lemah...
Mungkin jikalau sekalian mulai lembut dalam tutur, pasrah dalam kerinduan, hingga pasrah meniti mlm, berserah pada ke khaliqannya, hingga terasa damai. Begitulah kalo sudah menyatukan diri dengan gerak kehendak, orang jadi semangat dalam hidup dalam ibadah, amin...moga Allah memberi hidayah pada kita sekalian, amin... 
Kehidupan nyata kaum papa adalah titik embun yang memicu semangat hidup, petikan buah hikmah. Rentan yang melirih, mempunyai keberanian, menerima kenyataan yang tidak bersahabat. Dipimong keterbatasan dalam persaingan yang kian ganas, bersimbah keringat darah sepanjang hari....Ada banyak cara memang untuk kita terjatuh, salah satunya adalah mati semangat ketika dihujat, tapi berusaha bangkit lagi adalah jalan terbaik, siapa tahu harapan didepan masih menanti dengan berjuta kemenangan hakiki melakukan, hidup adalah gerak perubahan, dari kurang lancar berubah lancar karena memang dilakukan. untuk itu marilah sekalian Terus bergerak... 
Tauladan yang Maha Pencipta telah memberi hikmah...sebagai blueprint kehidupan telah lengkaplah. Supaya kita jangan terlalu rumit, tugas kita sekarang mengaktif atau menonaktifkan gen-genetik.Kalau yang diaktifkan hal-hal positif, maka diri kita akan berkembang postif. Kalau misalnya, berpikir negatif, ya kehidupan akan dibungkusnya. Masuk akal, seorang penyayang, mengaktifkan gen sayang, akan semakin matang sifat sayangnya. Bukankah ibu-ibu yang hobi memarahi anaknya semakin hari semakin menjadi-jadi?Jagan coba, ini ilustrasi cemburu pada suami ya. Kalau diaktifkan, miliaran gen akan kena sebaran aktif, dan membelah diri, wui… ujung-ujungnya kepercayaan hilang, bisa cerai. Ih, ngeri... 
Jika kau tahu makna rupa, gerombolan takut balutan diri memecah benjolan nanah bertukar rupa senyum suci, elus lembut danau rasa. Disitu tegakmu akan sempurna, dada mengembang bukan riya, tengadah bukan pongah; muatannya berserah diri, suling suara hikmah-hikmah, pada kata-kata. Jika kau tahu yang tidak kau tahu, tahumu adalah makrifat. Adam membawa khabar istana megah. Menulis adalah makna. 
Jika kau tahu buruknya diam, bisik-bisik warisan Iblis, sendagurau para pendusta, tajamnya lidah bertulang baja, silent is golden. Kau kan tahu beda siang dengan malam, abu-abu yang tak sedap dipandang, makna ucap goresan pena, irisan tuts-tuts berimana sujud, pada makna kah kau berpijak? 
KETIK, ketik, dan ketik. Mari dendangkan ode, mengetik lancar.... Lalu Menuangkan pikiran menebar madah-madah indah tebaran hikmah, menjangkau relung hati dari sanubari lipatan hikmah warna rupa, dari keindahan menuju kebaikan... 
Tangkapan pikiran dan nurani dari medan yang begitu luas, dipress menjadi kata-kata bermakna. Bisa jadi, seperti mafia, esensi dan bentangan hakekat sesuatu yang begitu luas, tidak bermuara, unlimited untuk ‘merangkumnya’ diperlukan lambang, rumus, notasi, agar hal tak terbatas tersebut dapat dibatasi hingga —kira-kira— bisa dipahami... 
Tuangkan pikiran dari asal muasal kata, lautan hikmah dari surga, anyaman nyaman-menyamankan dari qalbu ke inti diri, firman Ilahi tauladan Rasulullah. Dari diri pada hati menuju ‘diri’ menjangkau hati, relasi tak berwatas silaturrahmi. Sekalian para pencinta kalimah, tak ada retak yang sempurna, tak ada duri yang tumpul, dan takkan pernah ada dan tiada, ada dalam kata; kata yang ditulis. Ada. 
Tuliskan kewajibanmu memancing kewajiban-kewajiban yang wajib, sunah yang memberkah, syair-syair kelana, nada-nada yang tak berkesudahan, dendang anak manusia. Tumpangkan pada angin, kirimkan melampaui awan menembus pori-pori jiwa, buahnya melimpah ruah. Petiklah di pikiran, tebarkan di hikmah, tuai kelak dikemudian hari, imbalan pahatan kata-kata, kata-katamu bermakna bagiku jikalau dikau pun begitu..
Lisanku mungkin keluh pendapatku mungkin keliru. Ku tak mau diam mengendap. Bebasku dalam benak. Panorama kata tiada gelisah agar diri berbenah..aksara dan simbol yang kau paparkan bagai Sistem tanda-tanda grafis yang dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran.
Dungu. Ya, dungu. Biarlah Bersinar Lubis atau pendahulunya ‘didenda’ karena melempar kata itu, dungu. Ya, dungu. Jerat hati memagut sadar, berbenah, membuat lompatan makna, berterima kasih, bersyukur, berserah diri, tidak cukup dengan: Alhamdulillah. Ada nikmat berlarut nyaman, memuji Engkau, wahai Sang Maha Sempurna. Berzikir... 
Masih berhakkah kita tertawa dalam bahak
memamah fasfood belalak mata melahap tayangan dusta
ketika hati dirampok injak
kesengsaraan abadi di kedunguan kisah
teriak, dan berteriak 
sampai ke neraka..
 Wahai para pencinta, goreskan, tancapkan, pahatkan, kata-kata. Kata-kata nyaman menyamankan. Ajarkan dirimu, mudahkan dirimu, kenalkan dirimu, nyamankan pikiran, nyamankan mata-mata hikmah, dalam anyaman kata-kata. Kata-katamu. 
Turunkan karomah bertimbun-timbun tanpa beban agar hati menyeruak relung-relung makna kuala emas kalam. Beta sampaikan pesan berkahMu dalam nakalnya hentakkan pelangi kata-kata, menghampar, memangut elus muka-muka insan dalam syair syiar syariah dan syariat. Zikir menulis melintas anak panah mengirim ujar-ujar anak negeri terhimpit termimpi... 
Mimpi bukanlah khayalan yang tak tertangguk. Mimpi adalah formula harap geliah Sang Pencari arti. Menyabit padi yang tumbuh di hamparan padang rahmanMu. RahimMu yang tak bermuara. Dengan namaMu segala bermula. Ya, ya, ya. Kita tak hendak bersyair. Kita hanya ingin berkabar: zikir kata dalam sekejab menusuk jantung sadar. 
Semoga Allah SWT memaaf, manakala ada betikan riya, pikiran picik, jangan-jangan pikiran telah ‘diarahkan’ untuk semua itu. Biasa, manusia kadang-kadang geer, gede rumongso. Sekalipun demikian, bagaimana saya harus memahami dan menjelaskan fenomena yang tak mampu dicerna ini... 
Malam pun menyergap ubun-ubun asa
kerak-kerak karat bisu membantu
Kumengepalkan tinju
perempuan itu melupakan senyum abadi
debu-debu berterbangan menikmati kebebasan
Suara-suara itu mengikis bahana makna
torehan baru dieja 
menjadi tanya panjang dalam dirinya
Hal di pikiran terkosong, rasa di batin dipulangkan, jemari lincah menenun huruf menjadi kata, kata jadi kalimat, menganyam alinea memanah makna. Menulis tidak memerlukan apa-apa, mengalir begitu saja. Pikiran berbunga merajut warkah tanpa diduga, tuliskanlah sesuatu untuk Kita...
Seorang sahabat berkata: jari-jari telah bermata, melukis firman-firman raksasa. Megirim berita, kabar suka, peringatan tanpa kutukan, nyaman di dada. Menjadi mudah. Ya Allah, ya Rabb, berkah Kau limpahkan di dada. Tawaf hambaMu memanggil, nyanyian kasmaran, wahai Kekasih Sejati. 
Di tepian dalam renung
kesunyian kecipak keramaian
kembang jelita
asih tak bermuara tak berterminal
ketika perahu-perahu mencari tambakan di ombang liaran badai 
damai telah Kau tiup di awal masa 
Puji-pujian, adalah mula sadar pada zikir sesungguhnya. Kau kirimkan sebait kata melaui pena maya, dari ikwan yang matanya tidak bertatap, suranya yang tidak terdengar, melingkupi arasy bumi kitorang nan jalang. Menuai lazuardi indahkan sumur cintaMu yang tak berdasar, dalam sedalamnya sampai tidak ada yang terdalam. 
Derita batin, derita pikiran, dan angan akan kedamaian dan ketenteraman diramu dalam tulisannya. Goresan tangannya dikatakan rangkaian kata-kata paling indah. Kecewa akan kenyataan disikapi dengan rinduan yang mungkin saja, tidak membumi. 
Betapa awalnya untai kesempatan ini tiba dan dihayati,
tapi berjuta titian juga tiba dan tak sempat dijalani
betapa akhirnya waktu melesat kencang membunuhnya 
sehingga jadilah ia tertatih dan menjauh lagi dari langkah.. 
Satu sisi cermin bening, ingin jadi ayah mulia tapi sisi lainnya keniscayaan hati masih kerontang air kesabaran
atau kadang malah berlebihan udara kebendaan, rasa yakin dan malu berganti-ganti mengiring waktu demi waktu bertumbuhnya buah di jiwa. maaf yang punya hobi salah dan salah lagi. 
Bersama uap fikir dan gelombang hati, mendatangkan pemahamannya
kepayahan itu ada karena pacekliknya resapan kata
Bukan karena tidak pernah diucapkan
Justru karena sudah ribuan getaran lidah menghambur kemana-mana,
tapi tak satupun yang merambat masuk jiwanya
tanpa kasih yang hakiki didapatnya 
bagaimana bisa itu ditebarkan kasih hakiki pada yang lain…?
 Malamnya mimpi-mimpi terhenti
lalu teriakan kesucian mengaung
tangan-tangan mengais
ada yang patah
Kesucian mereka terjaga dengan kematian
hikmah tertitip bagi yang terbiar
sedih, derita anak-anak bermata harap
tertegun, dan hanya tertegun 
menengadah, meminta harap
Bertahun-tahun digoda kegagalan. Itulah yang membawa, disadari kemudian, menjadi’ manusia beringas’. Kita menjadi pengagum tidak terbatas pikiran. Kalau diingat-ingat etape kehidupan tersebut, kini senyum sendiri. Betapa dungunya. Tetapi, tidak menyesal. Hidup dan kehidupan sudah ada garisnya. Yang merugikan mengutuk kegagalan, menyalahkan kegagalan. Padahal, bukankah dengan adanya kegagalan menjadi penggila membaik, dan kemudian belajar ? Pecundang yang menyadari kebodohnnya memang adalah pekalah. Tetapi, kekalahan adalah pemicu introspeksi. Kehidupan sesungguhnya adalah memenej diri.Alhasil, menyadari sebagai pekalah menyejukkan. Kekalahan bukanlah kematian. Kita bisa saja kalah, tetapi ‘menemukan’ jati diri adalah kemenangan. 
Kelana,
terpaku di kuala sadar menyoal kebodohan
pencarian jauh melupa perjanjian awal kala
rerindang salju menikmat putih agar terbeda abu-abu
yang tak pernah mengerti dalam pencarian tak terbatas
pada halaman-halaman tinta petuah
pada ujar-ujar pujangga
pada bengisnya kuasa alam
serapah manusia 
terkalah dikungkung kebebasan
Jangan sembunyikan lara di balik cermin
hitam, biru, kuning, aneka warna kusam
jangan, jangan sembunyikan
Jangan, bersembunyi di balik cermin...
menggigit jari, dalam-dalam
di balik cermin jiwa
bersama bening embun malam
hangatkan kepak-kepak sayap
renyai jelaga 
hangatkan jiwa nan lara 
Tak ada ragu, tak ada bimbang, tangan tangan kita tunduk mengayam cinta hanyalah dengan kekuatanNYA,. Amin... 
Seperti ombak di tengah lautan jika berjodoh akan punya cara mencium bibir pantai. Dan kasihNya menuntun orang2 yang percaya... SUbhanallah 
Renungan terlalu berharga bagi penghayal. Penghayal mungkin lebih baik dari pejabat yang hanya bisa menandatangani surat rutin. Tanpa, kemampuan menggalang change in progress. Mudah-mudahan, “kita” terhindar dari hal-hal sedemikian 
Keterpanaan, mudah-mudahan kesadaran, adalah jawabnya. Ia kini Terseret cinta suram. Diam. Pikiran-pikiran “kerdil” diusahakan dipasarkan. Cemooh bertalu-talu. Ada saja salahnya. Ironisnya, dari mereka yang pikirannya telah “mati”, dan.. “mematikan”. Akibatnya, pikiran jadi terganggu. Realitas akhirnya menjadi pengganggu. Pertanyaan berbait dilontarkan, sesungguhnya ksemua itu tersedia argumentasi pembenarannya. Hidup ini tidak diciptakan untuk ngoyo atau membuat kacau karena berpendapat. Dengarlah suara alam, suara manusia, resapkan, dan timang-timang, dari situ akan sampeyan dapat makna hakiki kenyataan 
SEMILIR angin menyapa ubun-ubun elus lembut syaraf-syaraf mengirim nyaman ke ulu rasa. Resah menjauh mendinginkan luka yang panas. Kagum melelehkan risau, bahwa rasa ini adalah kuat, bukan pengeluh, apalagi pengumbar ‘amuk’. Keterlaluan dituduh ‘pengabai’, Peluh lara-lara muat-bongkar yang bermata sendu bertenaga kuda menjaring haru, bukti kekuatan dan ketangguhan.
GEMURUH makian menghantar kebebasan driver setelah menjalani hukuman penjara. Badan kekar dengan muka beringasnya cukup menggambarkan karakter garang yang akan diperankannya. Keluar penjara tanpa dijemput siapa pun driver berlari menuju dunia bebas dari kawasan penjara di tengah gurun. Mau kemana? Hanya satu tujuan, membalas dendam. Membunuh. ia tidak memerlukan logika. Pokoknya hajar, bunuh, dan urusan belakangan.Sejelek apa pun itu, tetap ada pembelajarnnya. Manakala balas dendam bersarang di nurani, kata maaf susah hinggap di qalbunya. Dalam skala besar, bisa jadi, demi menyelamatkan nyawa warga negara, membunuh warga lainya dengan senjata canggihnya. 
Apabila hukum diabaikan, tidak dijadikan acuan praktik kehidupan berkebangsaan dan bernegara, cita-cita luhur akan melayang menjadi abu angan-angan. Dan, sum-berdaya yang melimpah akan tergelincir menjadi masalah. semoga ia sudah mematrinya... 
Orang pintar memiliki rasa ‘rasa Anu’. Tarikan logis dan realitas antara memiliki rasa (tertentu) dengan cerdas (orang cerdas) tidak bersambungan sama sekali. Dengan kata lain, terjadi pembohongan. Celakanya, masyarakat dibuainya, dan karena itu tidak menyadari, yang tentu saja sebenarnya telah terbohongi, disadari atau bukan? 
Bohong, kebohongan, dan pembohongan, diakui atau tidak, disadari atau bukan, dipercaya atau tidak dipahami, menjadi ‘hiburan’ dan ‘nafsu’ untuk memamah apa yang diiklankan.Tetapi, dalam realitas, apakah kita hak berkesimpulan, penegakkan hukum menjadi fundasi kehidupan ?Banyak analisis bertebaran, hukum hanyalah dijadikan ‘bayangan’. Tidak cocok dengan realitas, praktik kehidupan.Hukum diagungkan, hanya dijadikan sanjungan, aturan yang mengatur gerak kehidupan,Tapi, apa yang menjadi realitas? 
Dalam tataran ingin,gelombang paksaan agar taubat menghantam ulu jiwa menghujam diri orang2. Berhasil? Tapi, masih sangat jauh pada tindak. Artinya, jarak antara pemaknaan pemahaman dengan pola tindak lakuan berjarak lempang. Satu-satunya yang membesarkan semangat, bukankah langkah awal yang bagus?berusaha melakukan, betapa pun susahnya ‘melawan diri’, justru disitulah nilai tak terhingga perjuangan.Setidaknya sebagai bumber ketidakmampuan diri melakukan revolusi, langkah step by step, mudahan menuju ke percepatan taubat dalam tindakan. Bukankah nilai perjuangan pada usaha dan upaya? 
Ini beban tumpah, pinta dipanjatkan, risalah disampaikan dalam degup detik jantung merambah dataran siratul mutaqqim. Batas pandang menembus roh, dalam doa pada pena. Jauhkan dungu berbungkus riya, firmanMu dicerna terkadang lupa helaan nafas ketika tangan belum menyeirama... 
Bunga Mawar tidak bersanding dengan Melati Putih,
entah kenanga mampukah menebar wewangian???
Cinta kasih cinta kasih 
kemana gerangan???
 Ketika dipintanya wewangian,
Sinar kasihnya jatuh di kuncup hati,
ketika dipintanya janji,
bersembunyi diri dia bernyanyi
menguntai mawar kata yang putih berseri, 
astagfirullah.. 
Ya Rabb ... malam tak mampu membekukan hati
Detik ke detik berlalu
ada pilu menyayat qalbu
saat ku berucap, saat jemari meniti amalan
saat bibir mendesah,
doa teruntuk saudara-saudaraku
Ya Rabb ...
kulumatkan diri berserah padaMu
bersimpuh dalam pintaku, 
padaMu
Ketika akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi Ketika dunia ada di hati maka akhirat tidaklah akan menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina... 
Sungguh suara hati ini memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupan itu; tapi cobalah saling bicara, mungkin itu dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu... 
Keterbiasaan terkadang membuatkan mati rasa. Terbiasa hidup di lingkup kegelimangan suram, akan semakin menumpulkan kepekaan untuk menjadi perasa derita, tentu jika kepedulian itu tidak terus dipelihara dan di asah. Sekali saja terjatuh ia akan merasa semuanya telah berakhir 
RIndu ini...Tidak selalu, saat malam mataku terpejam, Tapi terbitnya pagi Saat aku sadar.. merindukanmu Kekasih.. 
Kekasih,melayangku diantara angin pada deburannya dalam, dan dalam, mengguncang keheningan,jarak terkuak menjadi jembatan panjang, membentang dalam bisikan rindu untukmu.. 
Dalamnya, helaan nafasmu menghisap jiwa
mengetarkan dawai-dawai rindu pada hembusannya
meniti jembatan cakrawala yang tak berpembatas
ketika kau tidak tahu bahwa kau adalah kau, 
lumat dalam kita
Sapuan berbecakriamu betul-betul membekas. Merokok, makan, mendengar cerita terasa hambar. Mudah-mudahan ‘peringatan alam’ menjadi pembelajaran. Bila api, angin, air, dan unsur alam yang biasanya ‘jinak’ mengamuk, manusia betul-betul bak tidak ada pa-apanya... 
Yaa..Rasulullah
kau bawa kabar berita kepada kami
Tunjukan Jalan Cinta padaNya
Kau bawa Risalah Tuhan Semesta Alam
Agar tersirami kami punya hati dan Jiwa
Menapak jalan kami punya hidup
Kami disini di tanah bumi ini
Melantunkan segala puja dan puji
KepadaMu Yaa..Rasulullah
Dan kami haturkan Shalawat pada malam ini
Duhai..kekasih Allah 
Duhai..Junjungan kami
Sempat melirik cengkrama swdr2q.. ia bagaikan menyalakan api yang dapat meleburkan kerikil dan melelehkan apa yang tidak dapat leleh oleh api. Meski berada di tempat yang paling lunak, api itu tidak membakar dan tidak berkobar di dalam perut, padahal ia lebih panas dari api. Adakah itu dapat menghaluskannya hingga jadi cair??? 
DI samping itu Bulan gemetar menggigil dalam desau angin malam, menghempas gelombang.Dalam hati melumat dalam-dalam asa nan membentang dengan senyum menawan membentang cakrawa membawa larut lirih lusuh.di genggamnya kasih membara mengharu biru dalam temaram melingka... cinta nan dalam menggigil karena cinta teramat dalam selalu padaNya. 
Tertegun aku terhenti di ujung sendu,
sua ini terlambat di balai hati,
sajakku ini yang dulu kokoh kini bersalam karena,
adamu kini tegak goda pesona,
kini tunduk mencium kepergian,
semangatku nyawa pasrah dawai hati ini, 
nyanyian rindu untukmu kekasih hati.. 
Dari pagi ke malam, merajut silaturrahim mengayam kasih, bersua menjagakan.. 
Batas hari sekedar malam
Batas peluang hanyalah henti
Batas sabar adalah mati
Berganti hari berganti tantangan di mulai
Beraktivitas hari ini dengan penuh semangat
Bismillah dengan namaMu aku mulai segala urusan ini 
Semoga Allah SWT memberkahi 
Terdengar degup jantung planet gelisah. Pada hitamnya pikiran dikala ia mendidik sambil menciumi jejak sirna airmata matahari, menjelma burung hantu menukik rebah berdarah di ulu hati. Pengetahuannya tumpah di kumuh pucat. Membanjiri rumah malamnya, seribu jari hitamnya mencekik sudut parum.Mengenangmu karena ½ pengetahuanmu. 
Semua kan bisa bilang ? Kita siap hidup susah? tapi dia nggak akan sanggup kalau nggak hebat. Semua juga siap hidup enak tapi dia akan bangkrut kalau nggak bijak. Sejatinya adakah senyuman manis itu ketika lebat turunnya hujan? Yang tahu hari tak selalu cerah tapi dia tak berubah dan tidak menyusahkan dengan segala tuntutannya. yang tak selalu putih terkadang terbungkus lumut. Di dalam cangkangnya dia senang berada? Ya Rabb Adakah ia pada dirinya ? 
Ia mungkin harus menyelam untuk menemukannya. dan memahaminya seberharga apa itu ketika ia mengadakan dalamnya. 
Dirangkulnya malam seperti mata hati di pendar warna mistic. Malam ini awan berkawan hujan lalu kawin di cakrawa dada. Malam ini melupa gerimis di mata kekasih...
Parau bintang-bintang memekakkan
selimut dingin tergagap menipu surga
malam pun tertatih-tatih 
Semoga Pagimu mimpi kan disapu awan 
Kanvas kehidupan yang hanya terbatas itu sudah seharusnya terlukis dengan gambaran impian hasil dari pemikiran besar yang terlatar belakangi oleh kekhawatiran terhadap kondisi sekarang ini. Bukannya tergambar dengan impian kecil,kalau memang itu masih disebut “impian”. Alangkah ruginya bila kehidupan hanya terisi oleh pemikiran kecil yang hanya berkutat seputar kerja, mencari makan, tidur dan seterusnya. Atau hanya terisi cinta pada lawan jenis.Semoga kisah-kisah mereka,bisa mengembangkan frame berpikirnya keluar dari pakem pemikiran mereka selama ini menuju pemikiran yang menyelamatkan dunia, yang mengembara di tengah belantara dunia, yang terbang tinggi di langit impian.
Yang ada adalah ada yang tidak ada adalah ada; ada adalah ada dalam ada dan ketiadaan; sama adanya. memipi menuju nyata, dari nyata ke mimpi berikutnya.Kini labuhan rindu manatapi hari yang mengembun beraroma rasa syukur akanNya. 
Meluap Luapan..
Badai Tulisanku kukirim pesan
berbgi dengan rembulan
menggapai dawai-dawai jiwa renyah
ketetentuan ditorekan
Dan malam-malam menjelang sekian
putik bersembunyi kesyahduan
lambang qolbu tiada bertepi 
hikmah-hikmaMu, ya Rabb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar